Ibu Berpendidikan Tinggi, Perlu kah?

"Buat apa sekolah tinggi-tinggi, ntar juga buntut-buntutnya di rumah"



Sering dong denger ungkapan gini? 

Ungkapan yang cenderung skeptis dan memandang kalau perempuan ga perlu sekolah tinggi-tinggi.

Eh tapi, apa mereka lupa ya, kan kalau dalam Islam, disebut kalau ibu itu adalah madrasah pertama anaknya. Nah, kalau memang ibu dituntut sebagai "sekolah pertama" anak, ya jelas-jelas dong perlu "pendidik" yang mumpuni?

Guru di sekolah, atau dosen di kampus aja kalau bisa harus terus menambah ilmu dan pengetahuan, meningkatkan level pendidikan, agar terus upgrade ilmu dan memberi manfaat bagi anak didiknya.

Tentu ibu juga dong, kalau memang si ibu diharapkan menjadi "pendidik" utama bagi anak-anaknya.

Ibu yang berpendidikan tinggi, tentu akan mempunyai pengetahuan lebih luas dan mempunyai lebih banyak wawasan. Gak cuma sekedar transfer ilmu, tapi ibu berpendidikan tinggi umumnya akan lebih mudah menawarkan berbagai solusi dan problem solving. Mengajarkan anak-anaknya banyak hal. Mengajarkan anak-anaknya cara berpikir ilmiah, dsb.

So, siapa bilang menjadi ibu ga perlu pendidikan tinggi? Siapa bilang ibu ga perlu pendidikan tinggi. Siapa bilang kalau sekolah tinggi-tinggi itu sia-sia?

Walau berakhir di rumah aja, tapi sebagai "pendidik" utama anak-anaknya, seorang ibu justru perlu lho pendidikan tinggi. Jadi, jangan anggap remeh perempuan-perempuan berpendidikan tinggi yang memilih tidak berkarir di kantor, memutuskan resign dan konsen mengejar "karir"nya sebagai ibu. Please jangan lagi ada kata-kata "kasihan udah sekolah tinggi-tinggi, cuma jadi IRT"

Coba mindsetnya yang diubah. Justru ibu berpendidikan tinggi itu lebih penting. Ga mungkin kan kita menyerahkan pendidikan anak-anak sembarangan pada guru yang riwayat pendidikannya ga jelas? Pasti akan beda hasilnya kan diajar sama guru yang level pendidikannya tinggi?

Nah, asumsinya juga sama dengan ibu yang menjadi "madrasatul ula" *cmiiw. Kalau memang mau "invest" jangka panjang, ya ibunya kudu "berpendidikan" dulu nih, supaya kelak anak-anak yang "lahir" dari tangannya bisa sukses dan berakhlak baik *cmiiw.

Lantas, apakah berarti ibu yang berpendidikan rendah jadi ga berarti? Hoo, ga gitu juga maksudnya. Walau pendidikan ibunya tidak sampai jenjang tertinggi, tapi punya mindset terbuka dan selalu mau upgrade ilmu, ga puas dengan ilmu yang didapat, mau mengosongkan gelas dan terus menerus membuka diri dan menambah wawasan, skill dan pengetahuan, tetap bakal jadi rujukan juga kog bagi anak-anaknya.

Intinya, untuk menjadi seorang ibu, harusnya sih ga cuma puas dengan "pengetahuan tradisional" tentang pengasuhan atau pengamatan sekeliling aja, tapi perlu juga memperkaya diri dengan ilmu terus menerus. Karena ilmu pengetahuan itu terus berkembang, jadi jangan pernah merasa "puas". Rajin membaca, banyak belajar, berdiskusi, bertanya, dsb.

Setuju?

Komentar

  1. sering banget mendengar pepatah, ngapain sekolah tinggi tinggi ujung-ujungnya di dapur
    padahal tiap orang punya impian masing-masing, kalau masak di dapur ya pasti, dipikir-pikir kalau ga masak, ga bisa makan. Aneh juga kalau ada yang beranggapan tentang pendidikan ngapain harus tinggi

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa tinggalkan komentar atau pertanyaan ya, biar lebih ikrib 🤭

Postingan Populer