Parenteen, Tanggalkan atribut Orangtua!

Menjadi orangtua bagi 3 anak remaja membuat saya cukup kenyang menghadapi masa-masa remaja.

Banyak yang bilang kalau menjadi orangtua anak-anak yang menjelang remaja (ABG), atau remaja itu gampang-gampang susah.



Susahnya lebih karena biasanya anak-anak remaja ini udah mulai ngeyel dan susah dikasih tahu. Tak jarang bikin orangtua bertanduk kalau udah berhubungan sama remaja 😂.

Sebagai manusia yang sedang dalam fase menuju dewasa dan mempunyai pemikiran dan pertimbangan sendiri, wajar sih kalau remaja sudah mulai menunjukkan ego dan jalan pemikirannya sendiri yang mungkin berbeda dengan apa yang dipikirkan orangtua.

Cara paling mudah dan less stress (ini bisa pro kontra nih urusannya 😂) bagi orangtua adalah mengatur dan mengarange kembali ekspektasinya. Kalo kata orang sih, lower your standard. Selagi kita punya ekspektasi-ekspektasi tertentu sama anak, apalagi yang kelewat tinggi, bisa bikin stress orangtua dan anak. Orangtuanya stress anaknya ga memenuhi ekspektasinya, anak juga capek selalu dituntut ini itu.

Cara berikutnya adalah, lepaskan label Orangtuamu. Haaah? Yaaas, ketika berhadapan dengan remaja, tanggalkan atribut orangtua. Posisikan diri jadi selevel sama anak, jadi teman anak? Yea, kalau perlu jadi teman anak. Dan ini ga mudah!

Seringkali orangtua masih memposisikan dirinya sebagai orangtua. Bahkan ketika anak-anak curhat, lupa menanggalkan label orangtuanya, tahu-tahu nimbrung dengan nasihat-nasihat ala orangtua.

Nyebelin? Ngeselin? Ya coba deh diingat-ingat masa remaja kita dulu, sebel ngga kalau orangtua mulai masuk dengan segala petuah-petuah orangtuanya yang kadang ngga kita butuhin. Kesel ngga?

Nah itu deh yang dirasain anak-anak remaja ini. So, coba deh belajar memposisikan diri sebagai "teman" anak, partner, bukan sebagai orangtua. Tanggalkan segala atribut sebagai orangtua ketika berhadapan dengan remaja. Mereka butuh teman diskusi, teman curhat, jadi lah yang mereka butuhkan!

Komentar

Postingan Populer