Waspada Demam Berdarah Dengue (DBD)

Beberapa bulan ini, terutama saat musim hujan, angka kejadian DBD meningkat, apalagi jika musim hujan diseling panas, hujan, dst, potensi DBD akan semakin tinggi, karena biasanya memunculkan banyak genangan yang berpotensi menjadi sarana paling disenangi nyamuk Aedes aegypti buat berkembang biak.

Beberapa minggu ini grup-grup WA yang saya ikuti sibuk membahas peningkatan kasus DBD di daerahnya. Barusan saja saya juga mendapat broadcast dari teman yang menyatakan bahwa di beberapa rumah sakit kasus DBD sedang tinggi, sampai ruang perawatan penuh dan beberapa pasien terpaksa dirawat di selasar RS. Beberapa teman lain pun membenarkan, di Tangerang selatan beberapa RS sedang penuh karena pasien DBD meningkat.

dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI, menyatakan bahwa untuk mencapai target nol kematian akibat dengue di tahun 2030, diperlukan peran aktif seluruh lapisan masyarakat, 

dr. Imran Pambudi
dr. Imran Pambudi


Sangat krusial untuk membangun sebuah sinergi yang kuat antara sektor publik, yaitu pemerintah, dan sektor swasta. Blueprint-nya sudah ada, yaitu Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. Namun demikian, implementasi pengendalian dan pencegahan harus dilakukan di tingkat terkecil, yaitu keluarga. Semakin banyak keluarga bergerak, maka akan membantu kita mendekati target <10/10.000 penduduk.

Bertahun-tahun menghadapi kasus DBD, masih saja terus berulang kejadian ya. Kasus DBD ini memang memerlukan kerjasama banyak pihak, yang paling utama tentu ada di unit terkecil, keluarga. Imbauan gerakan 3M plus yang dicanangkan Kemenkes selama ini cukup efektif menekan kasus DBD. Karena kesadaran kita untuk selalu membersihkan, menguras, membuang genangan air, dapat sangat efektif mengurangi pengembangan nyamuk Aedes aegypti, penyebab Demam Berdarah Dengue alias DBD.

Dr. Imran menambahkan bahwa saat ini beberapa daerah telah menetapkan status Kondisi Luar Biasa (KLB) Dengue, 

Implementasi 3M Plus masih memegang peran yang sangat krusial dalam pengendalian kasus DBD di Indonesia. Sampai dengan minggu ke-11 tahun 2024, terdapat 35.556 kasus DBD di Indonesia dengan 290 kematian. Di bulan Maret ini saja, beberapa daerah sudah menetapkan KLB, seperti Jepara, Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur, dan Kab Nagekeo. Oleh karena itu, pemerintah tidak pernah bosan untuk terus menekankan pentingnya 3M Plus, dan termasuk mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti Wolbachia dan vaksin DBD.


Vaksin DBD?

Yesss, ada yang belum tahu kalau sekarang DBD sudah ada vaksinnya? Belum? Hayooo, banyak-banyak baca. Padahal udah gencar diinfokan kalau DBD udah ada vaksinnya loh.

Sama seperti vaksin-vaksin lainnya, vaksin DBD tentu saja dapat sangat berguna buat mencegah terjadinya DBD, Demam Berdarah Dengue. Vaksin DBD sudah bisa didapatkan di beberapa RS yang menyediakan vaksin.

Untuk membentuk pondasi yang kuat, Kementerian Kesehatan menyusun program kerja bersama dan meluncurkan Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD, yang bertujuan mengajak lebih banyak masyarakat untuk semakin memahami DBD beserta tindak pencegahan, termasuk memberikan edukasi seputar upaya preventif yang inovatif, seperti Wolbachia dan vaksinasi.

Kampanye ini kemudian diperkuat dengan berbagai rangkaian dialog, baik dengan para pembuat kebijakan, maupun komunitas sosial, untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan DBD di Indonesia.

dr. Ngabila Salama, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta pada acara Buka Puasa bersama Media & Blogger Kamis, 21 Maret 2024 lalu di hotel Raffless, Jakarta, menyebutkan bahwa sekarang di tiap faskes 1 sudah bisa screening DBD. Jadi begitu panas tinggi mendadak dalam 1x24 jam, atau 2x24 jam sudah bisa dicek apakah ybs panas karena DBD atau bukan. 

Buka Bersama Blogger & Media
Buka Bersama Blogger & Media


Kalau dulu kan setelah 3x24 jam tuh baru bisa terdeteksi, sekarang bisa lebih cepat. Jadi kalau udah merasa ga nyaman, langsung aja deh ke faskes terdekat, ga usah sotoy home treatment sendiri kata dr. Ngabila, karena kasus DBD ini ga bisa dianggap enteng. Yang bahaya justru ketika masuk fase shock, karena pada saat itulah fase kritisnya, ketika panas turun. Makanya ada yang menyebut siklus DBD seperti pelana kuda. Yang bahaya ketika panas sudah mereda dan masuk shock syndrome, bisa tiba-tiba drop secara mendadak karena terjadi kebocoran organ dan sel darah, biasanya ditandai dengan menurunnya trombosit.

Menurut dr. Ngabila, karena DBD ini ga bisa dianggap enteng, ga ada salahnya menyisihkan anggaran jajan kopi buat vaksin. Ya kesehatan nomor satu kan? Daripada deg-degan terus dengan kasus DBD di kiri kanan depan belakang kita, better vaksin kan?

Iya sih, inget kasus pandemi aja, orang-orang yang udah vaksin menjadi jauh lebih kecil kemungkinan terjangkitnya, kalau pun terjangkit, faktor resikonya lebih bisa ditekan *cmiiw

Komentar

Postingan Populer