Buku Broken but Unbroken Sebagai Edukasi NPD

Buku Broken but Unbroken Sebagai Edukasi NPD

Buku Broken but Unbroken
Buku Broken but Unbroken

Seperti apa rasanya hidup 23 tahun bersama seseorang dengan gangguan kepribadian NPD?

Buku #BrokenButUnbroken bercerita banyak, bagaimana seorang #NPDSurvivor bertahan up n down selama puluhan tahun, hingga akhirnya berani bangkit dan keluar dari circle NPD yang toxic. 

Toxic? 

Ya, menurut Psikolog senior, Ibu Dra. Probowatie Tjondronegoro, M. Si, pengidap NPD (Narcissistic Personality Disorder) cenderung krisis empati terhadap lingkungan sekitarnya, haus pujian dan validasi, merasa dirinya paling bener dan tidak pernah salah, manipulatif. 

Pengidap NPD ini cenderung memanipulasi perasaan dan emosi korbannya, demi kepentingan sendiri. Tak jarang para korban "dimanipulasi" dengan love bombing, istilah mba Kartika Seminar, penulis buku Broken but Unbroken yang selama 23 tahun bertahan menjadi NPD abuse survivor.


Apa sih NPD?

NPD alias Narcissistic Personality Disorder merupakan gangguan kejiwaan yang menurut Ibu Probowatie gangguan ini dalam ranah psikologi masuk ke dalam kategori gangguan patologis atau kejiwaan. 

Pengidap NPD, seperti udah disebutkan di atas, memiliki kepribadian narsistik yang berlebihan, bersifat superior, haus pujian dan validasi, minim empati dan selalu menganggap dirinya paling benar. Tapi, pengidap NPD seringkali tak menyadari gangguan psikologis ekstrim ini dalam dirinya.

Menurut data epidemiologi pada tahun 2023 (Palupi, A. G. r., & Noorrizki, R. D.), sebagian besar kasus gangguan narsistik terjadi pada remaja dan dewasa muda, 75% dialami laki-laki. Parahnya, kondisi ini bisa makin memburuk seiring bertambahnya usia.

Menurut Ibu Dra. Probowatie, pengidap NPD cenderung krisis empati terhadap lingkungan sekitar akibat pola pengasuhan yang kurang tepat sejak kecil, terlalu sering dipuji dan disanjung-sanjung. Para korban yang hidup bersama NPD ini akan cenderung mengalami kekerasan psikologis yang bisa meninggalkan jejak luka dan trauma yang cukup serius.

Perlunya mewaspadai dan mengenali gejala-gejala NPD ini agar para korbannya yang mungkin selama ini sudah mengalami luka psikologis bahkan depresi, bisa segera mencari pertolongan ahli. Para korban NPD perlu segera melakukan observasi dan konseling agar bisa dilakukan treatment pemulihan trauma yang tepat, bisa dengan psikoterapi, hypnoterapi, self healing, hingga family terapi.


Kartika Soeminar dan 23 Tahun Hidup Bersama NPD

Dari penjelasan di atas, bisa dibayangkan betapa hidup dengan seorang NPD membuat tidak nyaman dan tertekan. Tak hanya itu saja, kesehatan mental lain pun muncul yakni depresi.

Hal inilah yang dialami oleh mbak Kartika. Hidup 23 tahun bersama seseorang dengan gangguan kepribadian NPD dengan begitu banyak perilaku toxic-nya tentu tak mudah, tentu banyak tekanan-tekanan psikologis yang diterima. 

Menurut Ibu Dra. Probowatie, para korban cenderung menyalahkan diri sendiri (self blaming). Kalau korbannya memilih bertahan, maka resikonya mental akan hancur. Sementara jika ia meninggalkan pasangannya yang NPD, muncul kekhawatiran dicap sebagai pasangan yang buruk.

Momen kesadaran muncul di diri mbak Kartika ketika ia mengalami depresi berkepanjangan dan sakit hingga dirawat di rumah sakit. Mba Kartika sadar bahwa ia tidak bisa terus-terusan seperti itu, ia berhak bahagia. Iya sadar harus memperjuangkan kebahagiaannya.


NPD Tidak Boleh Self Diagnose

Belakangan, di berbagai sosial media sering kita dengar istilah gangguan kejiwaan NPD. Sering banget berbagai konten di media sosial menyebutkan NPD. Banyak yang akhirnya self diagnose, merasa yang paling tahu. 

"Wah si A sepertinya NPD", 

"Suami saya sepertinya NPD, saya sering menjadi korbannya", 

"Hm kog gejalanya mirip si B ya, apa dia NPD?", dst. 

Walau sudah mulai banyak edukasi dan self awareness terkait NPD, sebaiknya kita tidak dengan mudah menjudge seseorang mempunyai gangguan kepribadian NPD ini. 

Waspada boleh, tapi jangan terlalu mudah menetapkan diagnosa kalau bukan ahlinya. Better berkonsultasi langsung ke Psikolog atau psikiater. Karena dengan konsultasi ke Psikolog/Psikiater, selain akan mendapatkan diagnosa yang tepat, juga agar menemukan solusinya. 


Menulis Sebagai Healing

Mba Kartika Soeminar berkisah lengkap tentang bagaimana dia hidup dengan seorang NPD, titik balik dan move on dalam sebuah jurnal. Dari jurnal tersebut, mbak Kartika akhirnya memutuskan untuk membuat buku agar lebih banyak teredukasi.

Proses menulis buku yang ditujukan sebagai salah satu sarana self healing, releasing stress, sekaligus edukasi tentang NPD ini pun tak mudah bagi mba Kartika. Berkali-kali mba Kartika harus berhenti sejenak karena menahan sesak di dada mengingat jejak luka dan traumatis yang pernah dilaluinya. 

Pada awal target menulis sekitar 3 bulan, mundur hingga 8 bulan karena banyak sekali momen-momen yang membuat mba Kartika sesak. Ya bagaimana tidak, menuliskan pengalaman berarti menggali memori, termasuk luka masa lalu, ini tentu proses emosional yang nggak mudah, tapi juga sekaligus bisa menjadi sarana self healing agar mba Kartika mampu menghadapi trauma masa lalunya.

Keinginan dan tekad kuatnya untuk membuka mata dan kesadaran banyak orang, membuat mba Kartika menguatkan diri dan terus berusaha meneruskan penulisan bukunya hingga rampung dan berhasil launching.

Dalam buku Broken but Unbroken ini juga mba Kartika menceritakan prosesnya bangkit dan melepaskan diri dari jejak-jejak luka dan trauma serta proses healing yang sudah dijalaninya. Harapannya, semoga korban-korban NPD lain pun mampu bangkit dan terlepas dari luka psikologis.


Launching Buku Broken but Unbroken

Buku yang ditulis selama kurang lebih delapan bulan pun rampung. Pada hari Sabtu, 26 Oktober 2024 bertempat di Royal Kuningan Hotel, dihadiri media dan blogger dari komunitas @emak2blogger, mbak Kartika mengadakan event launching buku Broken but Unbroken.

Saat pembukaan acara, mba Kartika muncul menyanyikan lagu yang berkisah pengalamannya keluar dari gangguan NPD. Lagu yang dituliskan sahabatnya Sally yang ikut hadir pada acara Peluncuran buku ini bertajuk Tidak Hancur.

Mba Kartika Soeminar Menyanyikan lagu Tidak Hancur
Mba Kartika Soeminar Menyanyikan lagu Tidak Hancur

Sejak April 2024, mba Kartika dan teman-teman dari Komunitas Emak-emak Blogger (KEB) menjalankan campaign dan melakukan edukasi dari kota ke kota untuk meningkatkan #NPDAwareness dan berusaha #BreakTheSilence agar tidak ada lagi korban-korban akibat perilaku abuse dari pengidap gangguan NPD. 

Melalui edukasi di 7 kota, Jakarta, Bandung, Solo, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar. Harapan mba Kartika agar jangan sampai korban NPD seperti dirinya semakin banyak dan terpuruk.

Mak Mira Sahid selalu founder Kumpulan Emak-emak Blogger yang membersamai selama edukasi NPD di beberapa kota besar menyebutkan bahwa apa yang menjadi concern mbak Kartika, sejalan dengan KEB yang selalu ingin memberikan edukasi pada kaum wanita. Harapannya, semoga para wanita yang juga menjadi korban NPD mampu bangkit dan menemukan kebahagiaannya.

Momen haru dan menarik terjadi saat sesi tanya jawab, ada salah satu peserta yang cerita dan curhat, ternyata beliau pun NPD Survivor. Si ibu yang bercerita dengan penuh sesak dan deraian air mata, pada akhirnya dipeluk mba Kartika.

Memeluk salah satu peserta yang juga NPD abuse Survivor
Memeluk salah satu peserta yang juga NPD abuse Survivor


Selesai talk show dengan Ibu Probo dan Mak Mira, peluncuran buku resmi dibuka ditandai dengan penandatanganan buku oleh mbak Kartika.

Di sesi akhir, Ibu Dra. Probowatie memberikan terapi lima jari bagi seluruh peserta. Terapi ini adalah bagaimana melakukan self healing singkat terhadap luka-luka psikologis, belajar mensyukuri apa yang ada. Mensyukuri hal-hal kecil yang kita miliki ini juga jadi bagian acara. Peserta dibelikan kertas kecil, diminta menuliskan hal-hal apa yang membuat mereka bersyukur setiap harinya.


Lebih Paham Tentang NPD

Sometimes kalau baca tulisan teman-teman sebelumnya tentang NPD ini, saya merasa familiar, kadang bertanya-tanya, apakah pasangan saya NPD, kog kayak gejalanya mirip. Tapi di sisi lain, ga mau juga berspekulasi dan sok tahu melakukan self diagnose.

Itu sebabnya pada sesi tanya jawab, ada momen saya bertanya dengan bergetar ke mbak Kartika momen saat ia kemudian menyadari dan bangkit, saya bertanya dengan bergetar menahan emosi yang naik turun, ada perang dalam diri, pengen curhat, tapi takut tumpah air mata 😭😭. 

Lah kog malah curhat. Ya gitu lah, kalau teman-teman merasa tertekan dengan pasangan yang bisa jadi NPD, jangan ragu untuk menemui ahlinya ya, please jangan self diagnose supaya bisa mendapatkan diagnosa dan terapi yang tepat. Membaca bukunya mba Kartika bisa jadi salah satu langkah agar teman-teman bisa mengambil langkah yang lebih baik seperti mbak Kartika.

Proses perjuangan mba Kartika untuk keluar dan meraih kebahagiaannya ini dituangkan lengkap dalam buku setebal 211 halaman. Kalau teman-teman penasaran mau baca, bisa hubungi mba Kartika melalui akun instagram pribadinya @kartika soeminar. Atau bisa menghubungi Dream Team di 0851-9011-8614. Nantinya juga akan hadir versi ebooknya.

Komentar

Postingan Populer