Membangun 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Menumbuhkan kebiasaan baik itu bukan lah perkara mudah, bukan perkara yang bisa dilakukan dalam sekejap, 1-2 hari selesai. Untuk bisa menumbuhkan kebiasaan baik yang bisa menjadi pola kepribadian yang baik, perlu pembiasaan yang terus meneruskan dan konsisten, tidak bisa sekali jadi. Harus terus meneruskan dilakukan secara rutin. Pembiasaan yang rutin ini jika terus dilakukan secara konsisten, lama-lama akan terbentuk pola kepribadian dan karakter yang kuat.

Belakangan para orang tua, pakar pendidikan dipusingkan dengan generasi muda yang gampang "patah", kurang resilience, dsb. Renald Khasali bahkan menjulukinya sebagai generasi stroberi, generasi yang sebenarnya cerdas dan kreatif, tapi juga gampang sekali "patah". Daya juang rendah, cepat putus asa, disenggol dikit tersinggung, mudah marah, dan bahayanya menyimpan dendam dan tak segan membalaskannya 😭.

Sudah tak terhitung seliweran berita kasus kekerasan remaja, kecanduan gadget, game online, dan berbagai berita kriminal lainnya. Ini semua sungguh meresahkan. Perlu ada perubahan agar anak Indonesia bisa tumbuh cerdas, tangguh, dan berkarakter.

Menjawab tantangan yang makin berat, Kementrian Pendidikan Dasar Dan Menengah (Kemendikdasmen) mencanangkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Mengapa kebiasaan? Karena dengan pembiasaan yang baik, akan terbentuk pola perilaku yang baik, hingga menjadi kepribadian yang baik.

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat


Mengapa Kebiasaan?

Dalam ajaran agama dan kepercayaan, kebiasaan menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan. Setiap ajaran menekankan pentingnya menjalankan ibadah secara konsisten sebagai bentuk hubungan dengan Tuhan, sekaligus menanamkan nilai-nilai moral dalam berinteraksi dengan sesama dan makhluk lainnya. Dengan kata lain, kebiasaan yang berlandaskan nilai-nilai agama dan kepercayaan bukan sekadar rutinitas, tetapi juga panduan hidup yang didasarkan pada keyakinan.

Dari perspektif sosiologi, kebiasaan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, seperti yang dijelaskan oleh Pierre Bourdieu dalam konsep Habitus. Kebiasaan terbentuk melalui norma, etika, dan nilai-nilai yang berlaku di komunitas tertentu. Seiring waktu, kebiasaan ini menyebar dan menjadi bagian dari pola interaksi sosial. Dengan demikian, kebiasaan tidak hanya sekadar sesuatu yang dilakukan berulang kali, tetapi juga merupakan hasil dari pembelajaran sosial yang membentuk cara berpikir dan bertindak seseorang.

Sementara itu, dalam perspektif psikologi, kebiasaan terbentuk dari pola yang berulang di dalam otak. Charles Duhigg dalam bukunya The Power of Habit menjelaskan konsep lingkaran kebiasaan (habit loop), yang terdiri dari tiga elemen utama: cue (pemicu), routine (rutinitas), dan reward (hadiah). Dengan memahami pola ini, kebiasaan yang tidak diinginkan bisa diubah dengan mengganti rutinitasnya, tanpa harus mengubah pemicu dan hadiahnya. Dengan cara ini, kebiasaan baru dapat terbentuk secara lebih efektif.

James Clear dalam bukunya Atomic Habits menambahkan bahwa kebiasaan dibangun melalui perubahan kecil yang dilakukan secara konsisten. 

Dalam buku ini dikenalkan konsep 1% rule, yaitu peningkatan kecil setiap hari yang, jika dilakukan terus-menerus, dapat membawa perubahan besar dalam jangka panjang.

Dari sisi neuroscience, kebiasaan berkaitan erat dengan ganglia basalis, bagian otak yang mengatur pola perilaku otomatis. Semakin sering suatu tindakan dilakukan, semakin kuat jalur saraf yang mendukung kebiasaan itu, sehingga kebiasaan menjadi lebih melekat dan sulit dihilangkan.

Berdasarkan perspektif agama, sosiologi, dan psikologi (neuro-science), dapat disimpulkan bahwa kebiasaan adalah elemen kunci dalam membangun karakter dan mencapai kesuksesan. Sejalan dengan pemahaman ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah meluncurkan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak IndonesiaHebat pada 27 Desember 2024 sebagai langkah strategis menuju generasi emas Indonesia 2045. Gerakan ini bertujuan membentuk anak-anak Indonesia dengan karakter yang tangguh dan berdaya saing. 


7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diperkenalkan itu adalah

1. Bangun Pagi

Menanamkan kedisiplinan dan kesiapan menghadapi hari


Manfaat Kebiasaan Bangun Pagi

* Meningkatkan kedisiplinan dengan mematuhi waktu yang telah ditentukan, dilakukan dengan rasa tanggung jawab, dan berkelanjutan.

* Meningkatkan kemampuan mengelola waktu yang digunakan dalam melakukan hal-hal penting, membentuk kebiasaan yang teratur, dan memberi ruang untuk melakukan evaluasi diri. 

* Meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan melawan godaan untuk bermalas-malasan. 

* Meningkatkan keseimbangan jiwa dan raga sehingga tubuh dan pikiran menjadi segar melalui berbagai aktivitas yang dapat dilakukan di pagi hari.

* Mendukung kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.

* Mendukung kesehatan fisik, mental, dan pola hidup yang lebih teratur pada anak usia dini.

* Membentuk jam biologis teratur anak sejak dini. Jam biologis atau siklus bangun-tidur-beraktivitas yang teratur membuat tubuh anak memiliki jadwal relatif stabil untuk makan, bermain, dan tidur sehingga membantu menjaga kesehatan tubuh dan mental.


Penerapan Kebiasaan Bangun Pagi

Supaya anak terbiasa bangun pagi, orang tua/wali perlu menciptakan rutinitas yang menyenangkan, disiplin, dan konsisten. Berikut beberapa langkah efektif yang bisa diterapkan:

a. Membiasakan Pola Tidur yang Teratur

Tetapkan jam tidur yang konsisten, bahkan di akhir pekan, agar tubuh anak terbiasa dengan ritme biologis yang sehat.

Kurangi aktivitas sebelum tidur, seperti menonton TV atau bermain gadget, untuk membantu anak tidur lebih cepat.

Ciptakan suasana tidur yang nyaman, dengan cahaya redup, suhu ruangan yang sejuk, dan lingkungan yang tenang.

b. Membangunkan Anak dengan Lembut

Gunakan suara yang lembut atau musik pelan untuk membangunkan anak tanpa mengejutkan mereka.

Coba metode sentuhan lembut, seperti mengusap punggung atau membisikkan kata-kata positif.

Berikan motivasi, misalnya dengan mengatakan, “Ayo, bangun, hari ini kita akan melakukan banyak hal seru!

c. Membuat Rutinitas Pagi yang Menyenangkan

Orang tua/wali perlu memberikan aktivitas menarik di pagi hari, seperti sarapan favorit atau waktu bermain singkat sebelum sekolah.

Ajak anak untuk menikmati udara pagi, seperti berjalan-jalan sebentar atau berjemur di bawah sinar matahari.

Libatkan anak dalam persiapan pagi, misalnya membiarkan mereka memilih baju sendiri atau membantu menyiapkan bekal.

d. Memberi Apresiasi atas Kebiasaan Bangun Pagi

Berikan apresiasi sederhana dalam bentuk pujian ketika anak berhasil bangun pagi dengan semangat, seperti “Kamu hebat, sudah bangun tepat waktu!”.

Jelaskan manfaat bangun pagi, seperti tubuh yang lebih segar, lebih banyak waktu bermain, dan lebih siap untuk belajar.


2. Beribadah

Membentuk pribadi yang memiliki nilai spiritual kuat.


Manfaat Kebiasaan Beribadah

* Mendekatkan hubungan individu kepada Tuhan, mengakui keberadaan dan kekuasaan Tuhan, serta membangun hubungan yang penuh syukur, cinta, dan penghormatan.

* Meningkatkan nilai-nilai etika, moral, spiritual, dan sosial. Beribadah membentuk karakter yang baik dengan menjauhi perbuatan buruk dan menjalankan kebaikan. Ibadah bukan sekadar ritual, tetapi juga memiliki efek nyata pada perilaku sehari-hari.

* Meningkatkan pemahaman tujuan hidup dan arah yang bermakna. Ibadah mengarahkan pada pencarian makna sejati dan orientasi hidup yang lebih besar daripada hal-hal material, sehingga tujuan hidup menjadi lebih terarah dan bermakna. 

* Meningkatkan kebersamaan dan solidaritas. Dalam ibadah bersama, setiap orang dianggap setara di hadapan Tuhan, tanpa memandang status sosial atau latar belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung dan harus hidup dengan rasa empati serta kebersamaan.

* Meningkatkan kapasitas diri secara berkelanjutan. Ibadah adalah upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, membawa seseorang lebih dekat kepada kebaikan dan perbaikan diri.


Penerapan Kebiasaan Beribadah 

Orang tua/wali berperan sebagai guru pertama yang memberikan contoh dan membiasakan anak dalam kegiatan ibadah sehari-hari. Oleh karena itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua/wali dalam menanamkan nilai karakter melalui kebiasaan beribadah:

a. Pembiasaan

Membiasakan anak untuk beribadah secara rutin, seperti salat, berdoa, melakukan refleksi, atau membaca kisah-kisah inspiratif dari tokoh-tokoh yang memiliki nilai kehidupan yang baik dapat membantu anak belajar tentang kejujuran, tanggung jawab, dan rasa peduli terhadap sesama, maupun melakukan aktivitas-aktivitas ibadah bersama yang dapat menanamkan nilai-nilai agama yang kuat dan membentuk karakter disiplin.

b. Keteladanan dan Partisipasi

Orang tua/wali yang aktif melakukan praktik ibadah bersama anak dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan anak dalam praktik keagamaan. 

Orang tua/wali tidak perlu selalu berceramah panjang, tetapi bisa dengan memberi contoh secara konsisten, sehingga anak akan menyerap nilai-nilai baik secara alami. Ketika anak melihat orang tua/wali menjalankan ibadah dengan tulus, anak akan meneladaninya.

Membentuk karakter anak yang berlandaskan nilai agama dan moral bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam sekejap. Seperti pepatah “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit,” kebiasaan baik harus ditanamkan secara perlahan namun konsisten agar dapat membentuk dasar yang kuat dalam kepribadian anak.


3. Berolahraga

Mendorong kebugaran fisik dan kesehatan mental.


Manfaat Kebiasaan Berolahraga

* Menjaga kesehatan fisik dan mendukung kesehatan mental. Berolahraga dapat mengurangi stres dan kecemasan, meningkatkan kualitas pikiran, serta menciptakan keseimbangan antara tubuh dan pikiran.

* Menjaga kebugaran tubuh. Seseorang yang melakukan kegiatan fisik secara teratur cenderung memiliki tubuh yang lebih sehat dan bertenaga, memiliki daya tahan tubuh yang baik, dan mengurangi risiko penyakit.

* Meningkatkan potensi diri, baik secara fisik, mental, maupun sosial yang dapat mendukung kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan. 

* Meningkatkan nilai sportivitas yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan.


Penerapan Kebiasaan Berolahraga

Penerapan kebiasaan berolahraga dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, diantaranya: 

a. Menjadi contoh yang baik. 

b. Membuat olahraga yang menyenangkan. 

c. Melakukan kegiatan fisik bersama secara rutin. Misalnya bergotong royong membersihkan rumah, berkebun bersama anak, melibatkan anak saat mencuci mobil/motor/sepeda.

d. Mengurangi waktu bermain gawai. Buat kesepakatan dengan anak hari apa anak bisa menggunakan gawai dan berapa durasi maksimalnya. Usahakan setiap hari lakukan “satu jam berkualitas orang tua dan anak”, dimana orangtua dan anak meluangkan waktu khusus tanpa gawai untuk berinteraksi secara langsung dan membangun komunikasi yang erat.

e. Memberi apresiasi atas usaha anak. 

f. Memasukkan olahraga ke dalam rutinitas harian. Olahraga dan aktivitas fisik bisa masuk dalam rutinitas harian keluarga, misalnya senam ringan bersama setiap pagi hari misalnya senam Anak Indonesia Hebat ini https://bit.ly/panduansenamAIH , bersama-sama membersihkan rumah, atau bermain permainan tradisional saat sore hari.

g. Mengenalkan Permainan Tradisional. Pengenalan permainan tradisional dapat menjadi cara efektif untuk membangun kebiasaan berolahraga, seperti engklek, gobak sodor, egrang dan lainnya yang melatih keseimbangan, kelincahan, serta kekuatan fisik. Selain menyehatkan, permainan ini juga menanamkan nilai sportivitas dan melestarikan budaya.


4. Makan Sehat dan Bergizi

Menunjang pertumbuhan dan kecerdasan.


Manfaat Kebiasaan Makan Sehat dan Bergizi

* Menjaga kesehatan fisik sebagai investasi jangka panjang. Makanan sehat dan bergizi berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan jangka panjang, baik secara fisik maupun mental. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan bergizi yang seimbang dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta menjaga kesehatan organ dalam tubuh.

* Memaksimalkan potensi tubuh dan pikiran. Gizi yang baik dan nutrisi yang cukup membuat tubuh lebih kuat, meningkatkan konsentrasi, dan mendukung produktivitas. Nutrisi yang seimbang juga diperlukan anak untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. 

* Menjaga tubuh tetap sehat sebagai tanggung jawab individu. Anak diajarkan untuk mengambil makanan sesuai porsi dan kebutuhan agar terhindar dari pemborosan, belajar bertanggung jawab terhadap sumber daya. Anak diberi tanggung jawab untuk menghindari makanan yang terlalu manis, berminyak, atau tidak sehat. 

* Meningkatkan kemandirian. Kebiasaan ini mengajarkan anak untuk memilih sendiri dan mengonsumsi makanan sehat yang memengaruhi energi, kesehatan, dan kesejahteraan tubuhnya; mengelola kebutuhan dasar tanpa selalu bergantung pada orang lain; terbiasa makan dan camilan sehat. Melibatkan anak dalam memilih bahan makanan sehat, mengolahnya, dan membuat kombinasi makanan seimbang mengajarkan keterampilan praktis untuk mendukung kemandiriannya di masa depan.


Penerapan Kebiasaan Makan Sehat dan Bergizi 

Membiasakan anak untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang perlu dilakukan oleh orang tua/wali. Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan: 

a. Melakukan Aktivitas Memasak di Rumah Lebih Sering

Memasak di rumah lebih sering dapat menjaga kualitas dan kebersihan makanan yang dikonsumsi. 

Melibatkan anak dalam aktivitas memasak, turut serta dalam menyiapkan makanan untuk meningkatkan minat mereka terhadap makanan sehat.

b. Makan Bersama

Makan bersama keluarga secara teratur dapat meningkatkan kebiasaan makan sehat pada anak.

c. Edukasi Dini

Mengenalkan makanan sehat pada anak sejak dini dan memberikan edukasi tentang pentingnya pola makan sehat.


5. Gemar Belajar 

Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kreativitas.


Manfaat Kebiasaan Gemar Belajar 

* Pengembangan diri. Gemar belajar membantu murid memperluas wawasan, beradaptasi dengan perubahan, serta meningkatkan keterampilan sosial dan empati, yang semuanya mendukung perkembangan pribadi mereka.

* Menumbuhkan kreativitas dan imajinasi. Dengan kebiasaan gemar belajar, anak akan terbiasa berpikir kreatif dan mencari solusi baru untuk setiap tantangan yang dihadapi. Belajar membuka kesempatan untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan berbagai perspektif, yang memperkaya imajinasi mereka. 

* Menemukan kebenaran dan pengetahuan. Rasa ingin tahu yang besar bagi anak mendorong mereka untuk terus mencari jawaban dan memperluas wawasan, yang akhirnya memperdalam pemahaman dan mendekatkan mereka pada kebenaran yang lebih objektif, serta mampu mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.

* Membentuk kerendahan hati dan empati. Gemar belajar mengajarkan anak untuk lebih rendah hati, karena menyadari bahwa masih banyak yang perlu dipelajari. 

* Selain itu, gemar belajar meningkatkan rasa empati anak, mendorong mereka untuk lebih peduli terhadap perasaan dan kondisi orang lain. Hal ini membentuk karakter yang lebih bijaksana, toleran, dan peduli terhadap sesama.


Penerapan Kebiasaan Gemar Belajar 

Untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan melibatkan anak dalam kegiatan yang menarik dan relevan dengan minat anak, orang tua/wali dapat melakukan strategi berikut:

a. Keterlibatan Anggota Keluarga

Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam kegiatan belajar dapat meningkatkan minat dan pemahaman anak. Keluarga dapat menyediakan sumber daya dalam bentuk buku bacaan, berdiskusi, dan melakukan investigasi bersama anak, yang dapat memperdalam ide dan pemahaman anak.

b. Pendekatan Bercerita dan Bermain

Menghubungkan kegiatan belajar dengan bercerita dan bermain dapat meningkatkan minat anak dalam belajar, terutama dalam bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika). Anak yang terlibat dalam kegiatan bercerita sebelum memulai aktivitas belajar menunjukkan peningkatan dalam berbicara tentang STEM.

c. Aktivitas Eksperimen Sederhana

Melakukan eksperimen sains sederhana di rumah, seperti memasak bersama, dapat meningkatkan antusiasme anak terhadap sains dan membantu mereka mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah.


6. Bermasyarakat

Mengajarkan kepedulian dan tanggung jawab sosial.


Manfaat Kebiasaan Bermasyarakat 

* Menumbuhkembangkan Nilai Gotong Royong dan Kerja Sama. Manusia hidup berdampingan untuk saling membantu dan meringankan beban satu sama lain agar tercapai tujuan bersama yang tidak dapat dicapai jika hanya bergantung pada upaya individu.

* Menumbuhkembangkan Nilai Saling Menghormati dan Toleransi. Bermasyarakat mengharuskan setiap individu menghormati keberagaman dalam keyakinan, budaya, dan nilai. Hal ini mengajarkan pentingnya toleransi untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, di mana setiap orang dapat hidup dengan damai meskipun memiliki perbedaan. 

* Menumbuhkembangkan Nilai Keadilan dan Kesetaraan. 

Setiap anggota masyarakat berhak mendapatkan perlakuan yang adil, tanpa diskriminasi, dan memiliki kesempatan yang sama.

* Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab terhadap Lingkungan. Setiap individu tidak hanya bertanggung jawab atas kesejahteraan diri sendiri, tetapi juga harus peduli pada kesejahteraan bersama dan kelestarian lingkungan. Dengan menghargai alam dan memperhatikan lingkungan sekitar, masyarakat dapat hidup berkelanjutan dan menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang.

* Menciptakan Kegembiraan. Membuat kebiasaan bermasyarakat menjadi menggembirakan adalah cara efektif untuk mendorong partisipasi dan membangun hubungan yang lebih erat antarwarga. Dengan suasana yang ceria, kegiatan yang kreatif, dan pendekatan yang inklusif, kebiasaan ini dapat menjadi pengalaman yang tidak hanya bermanfaat bagi komunitas, tetapi juga memberikan rasa kebahagiaan dan kebanggaan bagi setiap individu yang terlibat.


Penerapan Kebiasaan Bermasyarakat 

a. Membangun Jaringan Sosial Orang tua/wali mengajarkan anak-anak untuk berteman dan berinteraksi dengan siapa saja tanpa memandang latar belakangnya, dan menghargai pendapat orang lain melalui kegiatan sekolah seperti mendorong anak untuk aktif dalam mengerjakan tugas dalam kelompok serta kegiatan di sekitar rumah seperti bermain bersama dengan anak-anak lain saat sore hari.

b. Mengembangkan Keterampilan Sosial

Anak perlu dilatih untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan aktif, berempati, dan terlibat dalam interaksi yang tulus. Hal yang bisa dilakukan antara lain mengajak anak mengunjungi panti asuhan, bakti sosial, dan kegiatan sosial lainnya sehingga anak memiliki kesempatan untuk berinteraksi sekaligus meningkatkan rasa empati.

c. Aktivitas Sukarela

Anak didorong untuk ikut bersosialisasi dan berpartisipasi dalam kemajuan lingkungan atau komunitas secara sukarela. 

d. Mengatasi Kepentingan Pribadi 

Melatih anak untuk mengedepankan kepentingan bersama (kelompok/lingkungan/komunitas), sehingga perlu mengatasi kepentingan pribadi saat bermasyarakat. 

Misalnya mengajak anak untuk ikut dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar rumah. Atau dukung anak untuk terlibat dalam berbagai organisasi, misalnya menjadi remaja masjid atau karang taruna.

e. Permainan Tradisional sebagai Sarana Interaksi Sosial

Permainan tradisional seperti gobak sodor, engklek, bakiak balap, dan permainan lainnya yang sesuai dengan budaya daerah masing-masing dapat melatih kerja sama, meningkatkan komunikasi, dan menumbuhkan empati. Anak-anak dapat belajar berbagi peran dan mengikuti aturan bersama, menumbuhkan kebiasaan bermasyarakat sejak dini.

f. Beribadah di Tempat Ibadah

Beribadah di tempat ibadah membantu membiasakan interaksi, saling peduli, dan menghormati sesama. Hal ini juga mengajarkan empati, disiplin, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.


7. Tidur Cepat

Memastikan kualitas istirahat yang baik


Manfaat Kebiasaan Tidur Cepat

* Menjaga Organ Tubuh Pulih dan Berfungsi Optimal. 

Tubuh sebagai anugerah Tuhan harus dijaga dengan memberi waktu istirahat bagi tubuh dan pikiran untuk pulih dan berfungsi secara optimal.

* Memulihkan Mental dan Emosional. 

Tidur cepat sebagai sarana untuk mengurangi stres, menenangkan pikiran, dan menjaga kesehatan jiwa. Ini memungkinkan kita menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik dan menjaga keseimbangan emosi.

* Menjaga Keseimbangan antara Aktivitas dan Ketenangan. 

Tidur cepat memberikan waktu untuk memulihkan tubuh dan pikiran, serta memberikan kesempatan untuk menciptakan keharmonisan antara aktivitas dan ketenangan, sehingga kita tetap sehat dan produktif.

* Meningkatkan Produktivitas. 

Tidur cepat memberikan ruang bagi otak untuk berpikir lebih jernih dan kreatif. Produktivitas tidak selalu diperoleh melalui kerja keras tanpa henti, melainkan melalui siklus kerja dan istirahat yang seimbang. Setelah istirahat yang cukup, seseorang biasanya menjadi lebih produktif, memiliki ide-ide segar, dan dapat menyelesaikan masalah dengan lebih baik.


Penerapan Kebiasaan Tidur Cepat 

Untuk membantu anak dapat tidur cepat orang tua/wali dapat melakukan beberapa hal berikut ini:

a. Menetapkan Jam Tidur dan Bangun

Orang tua/wali dapat menetapkan waktu tidur dan bangun yang konsisten setiap hari, termasuk di akhir pekan, untuk menjaga ritme sirkandian (waktu tidur, disesuaikan dengan usia anak). 

b. Memastikan Lingkungan Tidur yang Nyaman

Pastikan lingkungan tidur anak tenang dan nyaman (suhu sesuai kebutuhan anak, suasana tenang, dan tempat tidur yang bersih dan rapi).

c. Menghindari Aktivitas Menonton atau Mengerjakan Pekerjaan di Tempat Tidur

Biasakan orang tua/wali dan anak menghindari aktivitas menonton TV atau layar gawai atau mengerjakan pekerjaan di tempat tidur, khususnya saat bersiap untuk tidur agar otak siap untuk beristirahat. Batasi konsumsi minuman berkafein, seperti kopi, teh, dan minuman energi, terutama di sore dan malam hari.

d. Olahraga Teratur

Aktivitas fisik seperti olahraga teratur dapat mendukung tidur yang lebih berkualitas (anak dapat tidur lebih nyenyak).

e. Menciptakan Waktu Berkualitas

Orang tua/wali dapat melakukan aktivitas dan interaksi yang menenangkan sebelum tidur sehingga terbentuk rasa aman dan membantu anak tidur lebih cepat. 

Misalnya mengajak anak berdoa bersama, mengucapkan rasa syukur atas hari yang telah dilewati dan memohon perlindungan Tuhan saat sedang tidur (khususnya untuk anak usia PAUD dan SD).

Keliatan sederhana ya, tapi pembiasaan ini baik lho, karena tanpa pembiasaan yang benar, poin 1 dan 7 misalnya, akan sulit dilakukan. Coba, berapa banyak anak yang masih sibuk dengan gadgetnya di malam hari, akibatnya tidur malam, begadang dan sulit bangun pagi?

Kebiasaan tidur cepat dipengaruhi waktu ideal yang dibutuhkan anak, jika merujuk pada “Kebutuhan Tidur Sesuai Usia” dari Kementerian Kesehatan https://p2ptm.kemkes.go.id/infograpic-p2ptm. Misalnya, anak usia 6-12 tahun butuh waktu tidur 10 jam dalam sehari, idealnya anak-anak usia SD ini sudah tidur di jam 8-9 malam dan bangun di jam 5 pagi, ditambah tidur siang 1-2 jam. Atau anak-anak usia 13-18 tahun butuh waktu ideal tidur 8-9 jam, maka paling telat mereka sudah harus tidur di jam 9-10 malam. Orang tua lah yang berperan mengingatkan agar anak tidak tidur terlalu larut dan bisa bangun segar di pagi hari, agar mereka bisa mendapatkan waktu tidur yang ideal.

Kebutuhan tidur sesuai usia


Berhubung namanya pembiasaan itu harus dilakukan terus menerus dan konsisten, tidak bisa melibatkan hanya satu pihak saja, harus melibatkan berbagai elemen. Orang tua dan Guru harus bekerja sama dalam melakukan pembiasaan ini. Tidak bisa hanya mengandalkan guru, pun tidak bisa hanya mengandalkan orang tua. Kedua-duanya sangat berpengaruh dalam menerapkan pembiasaan. 

Orang tua tidak hanya bertindak sebagai pembimbing atau motivator, tapi juga sebagai teladan dan evaluator, bekerja sama dengan guru. Percuma lah anak diminta lepas gadget kalau orang tua sulit memberikan contoh. Percuma orang tua mengomel sama anaknya untuk tidak menggunakan gadget selama makan bersama kalau orangtua tidak memberikan contoh. 

Penerapan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ini bisa dibuatkan checklistnya juga lho kalau orang tua mau menerapkannya, misalnya dibuat checklist harian dalam sebulan, checklist bangun pagi, checklist olahraga, tidur cepat, belajar, dsb. 

Teman-teman bisa unduh templatenya di https://bit.ly/template7kaih

Sumber info tambahan : https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/gerakan7kebiasaan



Komentar

  1. Terima kasih..bagus banget ini ttg kebiasaan baik

    BalasHapus
  2. Wow komplit habis ulasannya mbak, tapi paling pas menurutku emang ngasih contoh jangan merasa sebagai ortu punya kendali penuh sama anak

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa tinggalkan komentar atau pertanyaan ya, biar lebih ikrib 🤭

Postingan Populer